Loading...

Workshop “Pemanfaaatan Makroalga untuk Produk Kimia Bernilai Tinggi dan Bioenergi”

Pada tanggal 11 Desember 2021 Surfactant and Bioenergy Research Center (SBRC) IPB University bekerjasama dengan Departemen Teknik Mesin dan Biosistem (TMB) IPB University, BRIN, dan Universitas Lambung Mangkurat menyelenggarakan workshop “Pemanfaaatan Makroalga untuk Produk Kimia Bernilai Tinggi dan Bioenergi: Riset dan Strategi Penulisan Artikel Ilmiah” sebagai luaran dari kegiatan penelitian WCU-Riset Kerjasama Institusi secara online.
Dr. Ir. Meika Syahbana Rusli, MSc.Agr dalam sambutannya menyampaikan bahwa Indonesia adalah negara maritim dimana 2/3 nya merupakan kepulauan sehingga memiliki potensi hasil laut yang sangat besar khususnya makroalga. Potensi ini belum teridentifikasi secara lengkap dan termanfaatkan secara maksimal sehingga sangat strategis dalam pengembangannya ke bioenergi dan produk bernilai tinggi.

Dr. Ir. Edy Hartulistiyoso, M.Agr menyampaikan bahwa alga mengandung bahan-bahan yang bernilai tinggi yaitu kandungan karbohidrat dalam alga cukup tinggi sehingga mudah dikonversi menjadi bioethanol atau menjadi bahan bakar lain seperti butanol. Alga memiliki kelebihan utama dibandingkan biomassa lainnya yakni tingkat pertumbuhannya sangat cepat dan menyerap karbondioksida. Proses pembudidayaannya tidak memerlukan area yang luas, bisa dibuat rak budidaya vertical sehingga eksplorasi kearah pemanfaatan makroalga perlu di rintis pengembangannya. Alga juga diyakini sebagai bahan baku bioenergi yang ramah lingkungan dan karna banyaknya yang non pangan maka alga merupakan energi generasi ketiga. Dari ratusan ribu jenis alga baru sekitar 35.000 spesies alga yang teridentifikasi, sehingga riset dan pengembangannya masih terbuka luas. Jika dibandingkan dengan jagung atau tebu untuk produksi bioetanol, produktivitas dari mikroalga mencapai sebesar 20.000 liter per hektar. Delapan kali lipat dari produktivitas jagung dan tiga kali lipat dari tebu pada luasan yang sama. Dengan potensi yang besar, memungkinkan Indonesia untuk membangun industri energi berbasis alga. Kemungkinannya, tidak sampai sepuluh tahun impian tersebut dapat tercapai. Tantangan riset untuk alga sangat luas. Mulai dari area penelitian dari laboratorium, fotobioreaktor, biomassa, teknologi konversi memerlukan fasilitas dan infrastruktur yang terintegrasi. Tantangan riset dan pengembangan industri alga di Indonesia yaitu pembiayaan, riset kolaborasi/konsorsium riset, pengembangan SDM, dan pengembangan fasilitas.

Dr. Eng. Asep Bayu, M.Eng menyampaikan bahwa makroalga memiliki nilai yang tinggi dibandingkan biomassa lainnya. Pemerintah sangat memberikan perhatian khusus terhadap makroalaga karena merupakan komoditas yang mendukung perekonomian Indonesia. Nilai startegis maksroalga yaitu Indonesia memiliki potensi area sekitar 1,5 juta ha dan baru dimanfaatan sekitar 17,97%, industri pengolahaan makroalga yang cukup besar, rencana pemerintah dalam pengembangan budidaya spesies baru dan mengembangkan inovasi produk turunan. Kandungan kimia makroalga adalah karbohidrat sehingga produk bernilai tinggi yang bisa dikembangkan yaitu suplhated polysaccharides, rare sugars, sugar derivatives, biomethane, biohydrogen.

Dr. Eng. Apip Amrullah, M.Eng menyampaikan terkait pemanfaatan makroalga untuk bio-oil dan bio-char melalui pyrolysis. Makroalga diproses secara slow pyrolysis dengan melakukan investigasi pengaruh suhu terhadap distribusi produk biooil dan biochar serta karakteristiknya. Dari kajian yang dilakukan menunjukkan bahwa peningkatan suhu mempengaruhi kandungan solid sehingga jumlah solid semakin turun karena terjadi proses dokomposisi terjadi dengan cepat untuk membantu formula gas dan liquid. Bio-oil dari hasil pyrolysis dapat digunakan sebagai fuels, chemicals, dan menghasilkan panas. Pengembangan biochar berbasis makroalga kedepan dimanfaatkan sebagai biocatalysis, energy fuels, sensor nano-composites, biofertilisants, dan penangan lingkungan.

Dr. Eng. Obie Farobie, M.Si menyampaikan bahwa sitasi publikasi Indonesia masih tertinggal dari negara lain, posisinya masih lebih rendah dari Singapore yang menunjukkan performa dari kinerja riset Indonesia. Dalam penulisan manuscript di jurnal internasional bereputasi melalui proses review dari editor, reviewer dan board member. Kunci utama dari manuscript untuk menentukan layak atau tidaknya manuscript tersebut untuk dipublikasi adalah originality, pentingnya dan kenjelasan dari research yang dilakukan. Jika sudah memiliki manuscript, strategi selanjutnya adalah memilih target jurnal bisa terindeks scopus Q1, atau jurnal dengan impact faktor tinggi/SJR/h-index dan menghindari jurnal predator.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This field is required.

You may use these <abbr title="HyperText Markup Language">html</abbr> tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

*This field is required.