Loading...

Bogor, Surfactant and Bioenergy Research Center (SBRC), Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), IPB University bekerja sama dengan International Society of Biomass and Bioenergy (ISBB) dan Badan Pengelolaan Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) menggelar International Conference on Biomass and Bioenergy (ICBB) 2021 ke-enam secara online pada hari Senin-Selasa, 9-10 Agustus 2021.

Kegiatan yang diselenggarkan selama dua hari tersebut dibuka oleh Kepala LPPM IPB University, Dr. Ir Ernan Rustiadi, MAgr dan sambutan dari Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Eddy Abdurachman serta penyampaian keynote dari Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, KESDM RI Dr. Dadan Kusdiana dan International Society of Biomass and Bioenergi (ISBB) Prof. Dr. Yukihiko Matsumura.

Konferensi yang mengusung tema “Challenges in Biomass, Bioenergy, and Biomaterials Research and Development in a Rapidly Changing World” ini menjadi kegiatan positif untuk mencari solusi dalam melakukan percepatan pengembangan teknologi dan upaya implementasi teknologi di bidang biomassa, bioenergi dan biomaterial khususnya berbasis sawit.

Indonesia memiliki potensi biomassa yang sangat besar dari hasil pertanian, perkebunan dan hasil hutan sebagai sumber biomaterial dan energi baru dan terbarukan (EBT). Sumber biomassa Indonesia terbesar adalah dari kelapa sawit. Selain itu, Indonesia juga disebut sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia sebagai penyedia bahan baku nabati.

Sektor kelapa sawit berperan penting dalam perekonomian Indonesia diantaranya yaitu industri sawit merupakan penghasil devisa terbesar, pembangunan ekonomi daerah, membangun kedaulatan energi, dan pengurangan kemiskinan dengan penyerapan tenaga kerja melalui ekonomi kerakyatan.

Selain berperan dalam perekonomian nasional, industri sawit juga berperan penting dalam penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) melalui penggantian solar dengan biodiesel sawit melalui kebijakan mandatori biodiesel dan penyerapan kembali CO2 oleh tanaman sawit. Industri kelapa sawit mendukung program biodiesel (B30) pemerintah pada tahun 2021. Kebijakan mandatori biodiesel juga merupakan area yang paling cepat dalam menyerap supply CPO domestik sehingga dapat mendorong stabilitas harga CPO.

Pemerintah terus melakukan upaya pemulihan perekonomian Indonesia dengan menerapkan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing hilirisasi industri kelapa sawit dengan memberikan nilai tambah produk. Salah satu kebijakan yang diterapkan adalah pengenaan tarif ekspor dan pungutan ekspor atas ekspor CPO dan produk turunannya. Selain itu, pemerintah juga menerapkan kebijakan penggunaan biodiesel sawit sebagai bahan bakar nabati. Penerapan kebijakan program B30 berdampak positif terutama dalam penetapan harga CPO yang dalam jangka panjang tergantung pada permintaan pasar ekspor. Industri sawit juga mendukung tujuan Sustainable Development Goals dalam hal pekerjaan di daerah pedesaan untuk pemerataan ekonomi. Penggunaan energi terbarukan yang ramah lingkungan yang mendukung ketahanan energi. Selain itu adanya proses fotosintesis di lahan perkebunan sangat mendorong penguranan emisi gas rumah kaca (GRK) dan menyediakan tempat untuk flora dan fauna.

Direktur Utama BPDPKS, Eddy Abdurachman dalam sambutannya menyampaikan bahwa sektor kelapa sawit merupakan salah satu pengerak utama dalam pemulihan ekonomi Indonesia terutama pada saat pandemi Covid-19. Kontribusi penghematan minyak sawit terhadap perekonomian negara yaitu rata-rata ekspor senilai 21,4 juta USD atau 14,19% per tahun dari total ekspor nonmigas. Perkiraan kontribusi penerimaan pajak dari indutri kelapa sawit sekitar 14 – 23 juta per tahun. Jadi dapat disimpulkan bahwa industri kelapa sawit sangat signifikan dalam membantu pemulihan perekonomian Indonesia.

Menurut Eddy, untuk terus mendukung ekonomi Indonesia, program dari sektor hulu dan hilir sangat penting dilakukan. Salah satu dukungan untuk sektor hilir yaitu program pendanaan BPDPKS untuk kegiatan penelitian bidang bioenergi dan biomaterial. Hingga saat ini, BPDPKS telah memberikan dukungan dana penelitian terakait biomassa, bioenergi dan biomaterial diantaranya seperti sintesis dan aplikasi dari berbasis sawit, komersialisasi unit gasifikasi cangkang sawit untuk produksi gas untuk menggantikan bahan bakar fosil dalam produksi campuran aspal, MDAG dari PFAD dan gliserol sawit sebagai anti statis dalam biokomposit, produksi bioplastik berbasis gliserol dari minyak sawit dan nanoselulosa dari tandan kosong kelapa sawit, pengembangan teknologi produksi bahan baku thermo stabilizer PPC dari destilat asam lemak sawit.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral, Dadan Kusdiana menyampaikan kapasitas terinstal EBT Indonesia baru 1.905,3 MW atau 5,8% dari total potensial sebesar 32.6 GW.

Salah satu pembicara pleno ICBB 2021 dari IPB University, Prof. Dr. Erliza Hambali menyampaikan bahwa Indonesia memiliki potensi biomassa yang sangat besar yang bersumber dari kelapa sawit. Tahun 2021, produksi minyak sawit Indonesia diperkirakan mencapai 59,6 juta ton yang terdiri dari 49,7 juta ton CPO dan 9,9 juta ton PKO dengan luas area 15,1 ha. Dari kelapa sawit dapat dihasilkan berbagai macam produk untuk beragam aplikasi seperti oleo pangan, oleokimia, dan bioenergi sehingga peningkatan nilai tambah produk sangat diperlukan.

Erliza menambahkan, salah satu produk dari kelapa sawit yang sangat dibutuhkan oleh berbagai industri adalah surfaktan. Aplikasi surfaktan banyak digunakan di produk pangan, personal care, detergent dan cleaning, agrochemical, tekstil, pharmaceutical, kosmetik, kertas, industri perminyakan, industri karet, industri plastik, industri cat, dan banyak industri lainnya. Aplikasi yang cukup besar tersebut menjadi peluang untuk melakukan riset dan pengembangan dalam meningkatkan nilai tambah sawit.

Selain produk oleokimia yaitu surfaktan, yang masih menjadi perhatian penting adalah bioenergi dan sustainabilitinya. Hal ini sejalan dengan komitmen Pemerintah dalam mengimplementasikan bauran energi baru dan terbarukan (EBT) sebesar 23% pada tahun 2025 dan ditargetkan menjadi 31% pada tahun 2050. Jenis produk bioenergi dari kelapa sawit untuk mendukung target pemerintah tersebut seperti biodiesel, miniplant sawit, pemanfaatan EFB menjadi bioethanol, dan POME menjadi BioCNG. Melalui pengembangan inovasi dan teknologi maka implementasi bioenergi dalam memenuhi target pemerintah sangat mungkin untuk dicapai.

Pada kesempatan ini pula, pembicara pleno dari Jepang, Prof. Dr. Akio Nishijima menyampaikan terkait Sustainable Biomass Asia yang akan mendorong kerjasama dengan Indonesia dan negara Asia lainnya. Saat ini, Surfactant and Bioenergy Research Center (SBRC) LPPM IPB University berkolaborasi dengan peneliti-peneliti dan kalangan bisnis di Indonesia mulai menginisiasi Sustainable Asian Biomass Initiative (SABI). SABI ini nantinya akan berisi informasi terkait kebijakan pemerintah dan perkembangan teknologi riset dan pengembangan biomassa. Sehingga dapat digunakan untuk mengkoordinasikan kerjasama riset, pengembangan dan implementasi teknologi biomassa dengan Jepang dan negara Asia lainnya. Tentunya, hal ini akan mendukung pengembangan dan pemanfaatan biomass dari kelapa sawit, mengingat kelapa sawit merupakan potensi biomassa terbesar di Indonesia.

Dalam konferensi ini kita akan mengikuti berbagai presentasi hasil penelitian di bidang biomassa, bioenergy dan biomaterial dengan harapan dapat mendorong dan memberanikan hasil penelitian dalam menjawab berbagai permasalahan yang ada khususnya dii industry kelapa sawit dalam hal ketahanan energi nasional, pencapaian target penurunan emisi gas rumah kaca dan tentunya tujuan SDGs.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This field is required.

You may use these <abbr title="HyperText Markup Language">html</abbr> tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

*This field is required.